PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi Kasus ialah sebuah cara yang
dilakukan melalui penyelidikan secara intensif terhadap suatu objek dengan cara
mengumpulkan data secara lengkap dan tersusun secara sistematis. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui kebenaran suatu objek. Baik secara ilmiah maupun
nyata dari fisik dan non fisik anak, sikap anak, mental anak, kelemahan, serta
kelebihan anak tersebut dengan cara observasi kepada anak itu langsung dengan
demikian telah memberikan suatu pemikiran dan ilmu pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sebuah penelitian.
B. Manfaat dan Tujuan Penelitian
Studi kasus ini bertujuan untuk
mengetahui kebenaran suatu objek secara nyata, baik dari segi fisik, sikap,
mental, kelemahan, dan kelebihan anak, selain itu juga untuk memenuhi tugas
mata kuliah Psikologi Belajar.
1
|
IDENTITAS RESPONDEN
A. DATA RESPONDEN
1.
Data
Siswa
a.
Nama : SYAFRIZAL
b.
Tempat Lahir : Tembilahan
c.
Tanggal Lahir : 15 Agustus 2001
d.
Kelas : SDN / V
e.
Tempat Sekolah : SDN.035, Tembilahan
f.
Alamat Rumah : Parit 15, Jl. Prof. M. Yamin. SH, lr. Jeruk Tembilahan Hilir
g.
Hobby : Bermain
B. DATA ORANG TUA RESPONDEN
1.
Ayah
:
a.
Nama : MARTIUS
b.
Tempat Lahir : Tembilahan
c.
Tanggal Lahir : 31 Desember 1963
d.
Pendidikan Terahir : SD
e.
Alamat Rumah : Parit 15, Jl. Prof. M. Yamin. SH, lr. Jeruk Tembilahan.
2
|
2.
Ibu
:
a.
Nama : MASNAH
b.
Tempat Lahir : Tembilahan
c.
Tanggal Lahir : 07
Juli 1969
d.
Pendidikan Terahir : SD
e. Alamat
Rumah : Parit 15, Jl. Prof. M. Yamin. SH, lr. Jeruk Tembilahan.
C. Observasi yang dilakukan
Ø
Observasi : Pertama
Hari : Minggu
Tanggal : 01
April 2012
Pukul
: 16.00 WIB
Tempat : Di
kediaman responden
Ø Observasi : Kedua
Hari : Senin
Tanggal : 02
April 2012
Pukul
: 09.30 WIB
Tempat : Di
lingkungan sekolah SDN. 035 Tembilahan
Ø Observasi : Ketiga
Hari : Kamis
Tanggal : 05
April 2012
Pukul
: 09.30 WIB
Tempat : Di
ruang wali kelas (Ibu Tini)
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
A.
Keadaan
Anak
1.
Secara
Fisik
ü
Anggota badan anak
dalam keadaan sehat
ü
Tidak ada kekurangan
pada fisik anak
ü
Semua panca indra
berfungsi dengan baik
2.
Secara
Mental
ü
Pemberani
ü
Emosional tinggi
ü
Usil
ü
Suka bergaul
ü
Egois
ü
Suka melawan orangtua
3.
Kelemahan
Anak
ü
Kurang disiplin
(dirumah maupun disekolah)
ü
Suka membohongi orangtua
ü
Tidak mau dinasehat
(orang tua maupun orang lain)
ü
Tidak mau belajar
dirumah
ü
Sering tidak masuk
sekolah
ü
Kalau
lagi bermain suka lupa waktu
4
|
4.
Kelebihan
Anak
ü
Pandai mengoperasikan
Komputer
B.
Permasalahan
Anak
1.
Terhadap
diri sendiri
Dari data hasil observasi yang dilakukan dapat diketahui beberapa
permasalahan anak terhadap dirinya
sendiri. Hal itu terjadi karena si anak belum mampu mengendalikan dirinya, dan
minat bermainnya sangat tinggi, ditambah lagi faktor lingkungan tempat si anak
tinggal. Apalagi si anak sekarang sudah kecanduan main game online diwarnet. Ia
sangat malas sekolah, makanya si anak sering membohongi orang tuanya, pagi-pagi
dikasih uang jajan untuk sekolah, malah dia pergi kewarnet untuk main game dan
memilih untuk tidak sekolah.
2.
Terhadap
Orang Tua
Anak ini kurang perhatian terhadap keluarganya, ayahnya mempunyai
kesibukan diluar sebagai pekerja bangunan, hanya ibunya yang mengamati
perkembangan anaknya dirumah, anak ini sangat jarang ada dirumah, si anak
sukanya bermain dan bermain, padahal ibunya sudah sering memarahi, bahkan
memukulinya, tapi si anak tetap saja
melakukan hal tersebut. Seperti yang saya lihat, mungkin si anak kurang puas
dengan pemberian uang oleh orang tuanya, makanya si anak suka membohongi orang
tuanya. Ketika saya bertanya pada ibunya, “Kenapa setiap anaknya pulang selalu
dimarahi”? Si ibu menjawab “gimana saya tidak marah, bilangnya mau pergi les,
tapi duitnya untuk main kewarnet”. Tapi si anak memang sudah kebal dengan
perlakuan orang tuannya, dan orang tuanya pun bilang, “saya tak tau lagi harus
mendidiknya dengan cara apa”.
3.
Terhadap
Lingkungan
Anak ini mempunyai pergaulan yang cukup baik, banyak mempunyai
teman, walaupun si anak suka membuat masalah pada teman-temannya, ia tidak bisa
menjaga emosinya. Dilingkungan tempat tinggalnya banyak sekali anak-anak yang
suka bermain, makanya si anak terpengaruh dengan teman-temannya yang suka
bermain kewarnet.
4.
Terhadap
Sekolah
Menurut wali muridnya Ibu Tini, si anak tergolong anak yang cukup
pintar, namun si anak sering tidak masuk sekolah dan suka berkelahi dengan
teman-temannya, dikarenakan si anak suka mengganggu dan diganggu
teman-temannya.
DASAR
TEORITIS
A. Pengertian Emosi
Kata emosi berasal dari
bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini
menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk
bertindak.
7
|
Salah satu
pengendali kematangan emosi adalah
pengetahuan yang mendalam mengenai emosi itu sendiri. Banyak orang tidak tahu
menahu mengenai emosi atau besikap negatif terhadap emosi karena kurangnya
pengetahuan akan aspek ini. Seorang anak yang terbiasa dididik orang tuanya
untuk tidak boleh menangis, tidak boleh terlalu memakai perasaan akhirnya akan
membangun kerangka berpikir bahwa perasaan, memang sesuatu yang negatif dan
oleh karena itu harus dihindari. Akibatnya anak akan menjadi sangat rasional,
sulit untuk memahami perasaan yang dialami orang lain serta menuntut orang lain
agar tidak menggunakan emosi. Salah satu definisi akurat tentang pengertian emosi diungkap
Prezz (1999) seorang EQ organizational consultant dan pengajar senior di
Potchefstroom University, Afrika Selatan, secara tegas mengatakan emosi adalah
suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi
biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai
hasil persepsi terhadap situasi. Emosi adalah hasil reaksi kognitif terhadap
situasi spesifik.
B. Garis Pedoman Umum Untuk
Merangsang Perkembangan Anak
1. Tenangkan anak, terutama
saat ia marah atau tidak senang, dengan memeluk hangat, lembut tetapi erat,
intonasi yang ritmis dan kontak mata yang hangat. Jangan tegang atau kuatir
karena hal tersebut akan dirasakan oiehnya dan semakin membuatnya tidak tenang.
2. Cari cara interaksi yang
bisa memancing keterlibatan; ekspresi wajah, bunyi, sentuhan, dll. Perhatikan
profil sensoriknya.
3. Cari berbagai pendekatan,
eksplorasilah bersama-sama sampai menemukan cara mana yang paling disukainya.
4. 'Bacalah' dan berespon
terhadap sinyal emosi anak, ada saat ia membutuhkan kedekatan namun ada juga
saat ia ingin menjadi lebih asertif dan mandiri. Ikuti apa yang diinginkannya,
jangan memaksakan 'agenda' kita.
5. Tunjukkan kegembiraan, antusiasme dan gairah
dalam berinteraksi
6. Doronglah anak untuk
melangkah ke tahap perkembangan berikutnya;
mengambil inisiatif, memecahkan masalah, bermain pura-pura, membahasakan emosi, menghadapi realitas dan bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya (konsekuen)
mengambil inisiatif, memecahkan masalah, bermain pura-pura, membahasakan emosi, menghadapi realitas dan bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya (konsekuen)
7. Jangan terlalu/kurang
menstimulasi dan memancing interaksi.
8. Jangan terlalu
mengontrolnya, ikuti pola dan keinginan anak.
9. Jangan terlalu konkrit
dalam bermain padahal ia sudah beralih ke tahap yang lebih abstrak, ikuti pola
berpikir dan imajinasinya.
10. Jangan menghindari area
emosi yang tidak disukainya, supaya anak belajar juga menghadapinya
11. Jangan mundur bila anak bereaksi emosi keras,
tetaplah pada tujuan (konsisten) tetapi tenangkan dia.
a.
Beberapa Tipe masalah
emosional:
1. Kebrutalan atau kebringasan
anak nampak pada perilakunya; mereka
menunjukkan suatu perbuatan yang sering kali memerlukan bantuan orang lain.
Misalrya berkelahi, membohong, mencuri, merusak hak milik dan merusak aturan
yang berlaku. Bentuk-bentuk tindakan tersebut merupakan ekspresi yang keluar
dari emosional yang terganggu. Setiap perilaku anti sosial yang kronis harus
dianggap sebagai suatu tanda adanya emosional yang terganggu.
2.
Gangguan kecemasan
Berbagai gangguan kecemasan dimulai pada masa .
kanak-kanak. Gangguan keinginan tersebut dapat berupa gangguan keinginan
terpisah dan ketakutan (phobia) sekolah. Gangguan keinginan terpisah dari orang
yang terdekat disebabkan berbagai hal yang berbeda-beda dan dnpnt berakibat
anak mengalami sakit kepala. sakit perut dan sebagainya. Akan tetapi kondisi semacam ini sangat berbeda
di antara anak-anak yang berusia satu atau dua tahun yang mengalami gangguan
keinginan terpisah. Anak-anak yang menderita gangguan keinginan semacam ini
sering kali tidak mau berteman; dengan kata lain dia suka menyendiri dan selalu
peduli terhadao penyakitnya, misalnya sakit kepala, sakit perut. Kondisi
semacam ini dapat mempengaruhi anak laki-laki maupun perempuan semenjak
kanak-kanak bahkan sampai dewasa usia mahasiswa.
3.
Takut Sekolah
Suatu ketakutan yang tidak realistis adalah
apabila seorang anak tidak mau sekolah, mungkin kondisi semacam ini juga
merupakan keinginan terpisah. Ketakutan terhadap guru yang keras dan galak atau mendapat tugas yang berat
di sekoiah. Ketakutan anak tersebut adalah wajar, hal ini bukannya disebabkan
oleh anak, melainkan lingkungan yang tidak kondusif. oleh karena itu suasana
seko!ah perlu dirubah. Berkaitan dengan masalah tersebut, apa yang
dapat kita lakukan? Pertama, dijaga jangan sampai anak tersebut suka
membolos/meninggalkan kelas. Gangguan keinginan tersebut disebabkan oleh perilaku anak itu sendiri.
Unsur yang paling penting dalam memperlakukan anak yang takut (phobia) pada
sekolah dapat dimulai sejak dini dan dilakukan secara terus menerus. Apabila perlakuan semacam ini dilakukan secara teratur dan
dibimbing dengan baik, maka pada saat kembali ke sekolah anak tersebut tidak
akari mengalami kesukaran apapun.
4.
Kematangan Sekolah
Kematangan sekolah merupakan suatu kondisi di
mana anak telah memiliki kesiapan cukup memadai, baik dilihat dari fisiknya
maupun mental, untuk dapat memenuhi tuntutan pendidikan formal. Dalam hubungan
tuntutan yang bertalian dengan aspek penguasaan materi atau bahan pelajaran,
dan kemampuan membina interaksi antara teman-teman sebaya, baik teman satu
kelas maupun teman dari kelas lain, berinteraksi dengan guru, kepala sekolah,
dan personil sekolah lainnya. Secara umum, usia anak yang dianggap matang
sekolah adalah lima atau enarn tahun. Pada rentang usia ini, anak telah
mencapai perkembangan fisik sebagai dasar yang dibutuhkan untuk dapat
melaksanakan segala sesuatu di sekolah, antara lain, anak telah mampu mengurus
dirinya sendiri, menguasai penggunaan alat tulis dengan betul, dan dapat
menerima makanan padat. Di samping itu perkembangan kognitif yang memadai juga
sangat dibutuhkan, misalnya anak mulai dapat membaca dan menuiis. Kemampuan
membaca dan menulis sangat penting karena merupakan dasar untuk memahami
seluruh materi atau bahan pelajaran yang diberikan di sekolah.
Secara psikis, pada usia ini umumnya anak telah
mampu mengatur proses buang air kecil mulai bersosialisasi dalam pengertian
telah dapat membedakan teman laki-laki atau perempuan serta berusaha membedakan
antara salah dan benar.
Kemampuan dasar lainnya ialah tehwa anak telah
mampu mengembangkan hubungan emosional yang sehat dengan orang tua, teman
sebaya, dan orang lain. Pada saat mulai masuk sekolah anak tidak memiliki rasa
kecemasan karena terpisah dengan orang tuanya. Selain menerima kasih sayang
anak juga telah mampu memberikan kasih sayang kepada teman sebayanya maupun
kepada orang lain. Hal semacam ini juga dapat mendukung kemampuan anak pada saat belajar di
sekolah.
5. Depresi pada masa Kanak-Kanak.
Gangguan depresi dapat mengakibatkan anak tidak
suka bersenang-senang tidak dapat berkonsentrasi dan menunjukkan berbagai
reaksi emosional yang tidak normal. Anak-anak yang mengalami depresi sedikit sekali suka berjalan atau
berteriak. Gejala-gejala depresi antara lain: gangguan konsentrasi, tidur kurang,
selera makan kurang, mulai berbuat kejelekan di sekolah tidak merasa bahagia,
selalu mengeluh karena penyakit jasmani yang dideritanya, selalu merasa
bersalah. Setiap empat atau lima dari gejala-gejala
tersebut banyak mendukung suatu diagnosa ada depresi terutama apabila anak
menunjukkan perilaku lain tidak seperti anak-anak normal. Pada umumnya orang
tua tidak memahami adanya berbagai masalah kecil seperti gangguan waktu tidur,
kehilangan nafsu makan, dan sebagainya, namun sering kali anak sendiri dapat
menunjukkan adanya gangguan tersebut. Ada yang berpendapat bahwa hal ini
merupakan faktor keturunan, ada yang mengatakan bahwa depresi tersebut
dikarenakan adanya stres umum dalam keluarga, atau dikarenakan kurang perhatian
orang tua karena mereka juga sedang mengalami gangguan (Weisseman et al, 1987).
Anak usia sekolah yang sedang menderita depresi biasanya kurang bergaul dan
tidak memiliki kompetisi akademik, namun hal tersebut masih belum jelas
penyebabnya apakah kurangnya kompetisi tersebut dikarenakan adanya depresi atau
sebaliknya, yaitu depresi akibat tidak kompetennya anak (Blechman, McEnroe,
Carella & A’iderte, 1986).
Dari
pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan berdasarkan teoritisnya, bahwa anak
tersebut termasuk kedalam golongan kepribadian sebagai berikut :
1.
Atkiston
Istilah yang
menunjukan pada keadaan dimana perubahan faali menyeluruh terjadi dengan
intensitas yanga amat kuat, sedangkan perasaan (feeling) berlangsung dengan
intensitas lebih ringan. Dalam tulisan ini, perbedaan tersebut dikesampingkan
untuk menghindari keracunan terminologis. Seluruh keterbangkitan faali
(Fisiologis), mulai dari yang teringan hingga yang terberat dirujuk dengan satu
istilah saja, yaitu emosi.
2.
James-Lange
Emosi identik dengan
perubahan-perubahan dalam system peredaran darah. Emosi adalah hasil persepsi
seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar, teori ini menekan bahwa
emosi sebagai respon dari perubahan faali yang terjadi pada dirinya.
3.
Schacte-Singer
Teori emosi yang
menepatkan kondisi pada posisi yang sangat menentukan, emosi merupakan fungsi
interaksi antara faktor dan keadaan keterbangkitan fisiologis. Setiap
pengalaman yang membangkitkan emosi akan diberi label didalam peta kognitif.
Label-label itu kemudian dijadikan pola bagi pengalaman-pengalaman baru setiap
stimulus yang diterima akan dinilai berdasakan label yang telah disimpan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syafrizal termasuk anak yang sangat nakal yang
bisa digolongkan kedalam Beberapa Tipe masalah emosional:
1. Kebrutalan atau kebringasan
anak nampak pada perilakunya; mereka
menunjukkan suatu perbuatan yang sering kali memerlukan bantuan orang lain.
Misalrya berkelahi, membohong, mencuri, merusak hak milik dan merusak aturan
yang berlaku.
2.
Takut Sekolah
Ketakutan terhadap guru
yang keras dan galak atau mendapat tugas yang berat di sekolah. Suka Bolos, dan
selalu banyak alsan kalau disuruh sekolah.
B.
Saran
16
|
Ahmadi, Abu dan
Sholeh Munawwar, 2005, Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
M. Darwis Hude,
2002, Emosi, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Sumadi Suryabrata,
2007, Psikologi Kepribadian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kamus Psikologi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar